Senin, 13 Februari 2012

PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK REMAJA



Teori dan Pengertian
Teori untuk perkembangan fisik yaitu menekankan faktor nature sebagai penentu perkembangan manusia: maturitas, dasar-dasar biologis perilaku-proses mental. Dipengaruhi pemikiran Charles Darwin-perspektif evolusioner. Pemikiran lainnya yaitu diambil dari teori-teori Maturasional yang tokohnya ialah Arnold Gessel dengan asumsinya, yaitu:
a)      perkembangan diarahkan dr dalam-maturasi biologis: berjalan, berbicara, kontrol diri
b)      self regulation: organisme memiliki kesiapan untuk memasuki tahap perkembangan tertentu—memberi sinyal kepada lingkungannya.
Yang kedua adalah teori-teori Etologis. Tokohnya ialah Konrad Lorenz, Niko Tinbergen, John Bowlby, dengan asumsi, yaitu:
a)      perkembangan manusia sebagai bagian dr historis evolusioner; cara-cara yg memungkinkan manusia survive
b)      releasing stimuli: menangis, senyuman
c)      sumbangan: metode observasi dlm setting alamiah
PERKEMBANGAN FISIK
Pada masa remaja awal sering disebut juga masa pubertas. Pubertas adalah periode dimana kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal. Pubertas pada sebagian besar individu berlangsung antara usia 9 hingga 16 tahun. Hormon di balik munculnya kumis untuk pertama kalinya pada ank laki-laki dan melebarnya pinggul pada perempuan, terdapat aliran hormon-hormon (hormones), yaitu zat kimia yang kuat yang diciptakan oleh kelenjar endokrin dan dibawa keseluruh tubuh melalui aliran darah. Terdapat dua jenis hormone yang memiliki kadar kepekaan yang berbeda pada laki-laki dan perempuan, yaitu, androgen (hormone seks laki-laki) dan estrogen (hormone seks perempuan).
Testosteron adalah androgen yang berperan penting begi perkembangan pubertas laki-laki. Kadar testosterom pada remaja laki-laki juga berkaitan dengan hasrat dan aktivitas seksual (Cameron,2004). Estradiol adalah estrogen yang berperan penting dalam perkembangan pubertas perempuan. Ketika kadar estriol meningkat, terjadilah perkembangan payudara, perkembangan Rahim, perubahan kerangka. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa kadar testosterone meningkat sebesar 18 kali lipat pada laki-laki namun hanya 2 kali lipat pada perempuan selama masa pubertas; kadar estradiol meningkat sebesar 8 kali lipat pada perempuan namun hanya 2 kali lipat pada laki-laki selama masa pubertas (Nottelman dkk., 1987).
SISTEM ENDOKRIN
Peran system endokrin di masa pubertas melibatkan interaksi dari hipotamlamus, kelenjar pituitary, dan gonad (kelenjar seks). Hipotalamus adalah struktur yang terletak di bagian atas otak yang memonitor kegiatan makan, minum, dan seks.  Kelenjar pituary adalah kelenjar endokrin yang mengontrol pertumbuhan dan meregulasi kelenjar-kelenjar lain. Gonad adalaj kelenjar seks- testis pada laki-laki, indung telur pada perempuan.
Kadar hormone seks diatur oleh 2 sistem hormone yang dihasilkan oleh kelenjar pitituari, yaitu : FSH (follicle-stimulating hormone) yang merangsang perkembangan kantung rambut (follicle) pada perempuan dan sperma pada laki-laki, dan LH (luteininzing hormone) yang meregulasi sekresi estrogen dan perkembangan ovum pada perempuan serta testosterone pada laki-laki (hyde & DeLamater, 2005; Welt dkk., 2003). Di samping itu, hipotalamus menghasilkan hormone sebuah zat yang disebut GnRH (gonadotropin-realinsing hormone) (Lanes, Soros, & Jakubowicz, 2004; Tauber dkk., 2003).
Hormon-hormon ini diatur oleh system umpan-balik negatif (negative feedback system). Apabila munculnya kadar hormone seks terlalu tinggi, hipotalamus dan kelenjar pituitary akan mengurangi stimulasinya dari gonad, mengurangi produksi hormone-hormon seks. Apabila kadar hormone seks terlalu rendah, hipotalamus dan kelenjar pituaritari akan meningkatkan produksi hormone seks.
Hormone pertumbuhan. Di awal masa pubertas, hormone pertumbuhan dikeluarkan pada malam hari. Selanjutnya di masa pubertas, hormone pertumbuhan juga dikeluarkan di siang hari, meskipun dalam kadar umumnya sangat rendah. Kortisol adalah hormon yang dikeluarkan oleh korteks adrenal, juga mempengaruhi pertumbuhan seperti testosteron dan estrogen.
Adrenarche dan gonadrache. Adrenarche melibatkan perubahan hormonal yang berlangsung pada kelenjar adrenal di atas ginjal. Gonadrache melibatkan kematangan seksual dan perkembangan kematangan reproduktif. Pada laki-laki, gonadrache  dimulai di usia sekitar 10 hingga 11 tahun. Di masa pertengahan hingga akhir gonadrache pada perempuan terjadi menarche pertama, periode menstruasi yang pertama; di awal hingga pertengahan gonadrache pada laki-laki, terjadi spermache, ejakulasi dari air mani yang pertama.
Hormon leptin dapat menjadi sinyal dari dimulainya dan berkembangnya pubertas. Munculnya leptin dapat mengindikasikan terdapatnya simpanan lemak yang cukup memadai untuk bereproduksi dan menjaga kehamilan.
PERTUMBUHAN YANG PESAT
Pada perempuan, rata-rata permulaan dari pertambahan tinggi tubuh yang pesat ini adalah 9 tahun; pada laki-laki adalah 11 tahun. Puncak dari perubahan terjadi di usia 11 ½ tahun pada perempuan dan di usia 13 ½ tahun pada laki-laki. Selama pertambahan tinggi tubuh yang pesat, perempuan bertambah sekitar 3 ½ inci per tahun; laki-laki sekitar 4 inci. Laju pertambahan berat tumbuh remaja kurang lebih menyerupai laju pertambahan berat tubuhnya. Laju pertambahan berat tubuh remaja kurang lebih menyerupai 50% dari berat tubuh orang dewasa, ini diperoleh dimasa remaja (Rogol,Roemmch, & Clark, 1998) selama masa remaja awal, berat tubuh perempuan cenderung, melebihi berat tubuh laki-laki, namun seperti halnya dengan tinggi tubuh sekitar usia 14 tahun tinggi tubuh laki-laki mulai melebihi tinggi tubuh perempuan.
KEMATANGAN SEKSUAL
Para peneliti menemukan bahwa karakteristik pubertas laki-laki berkembang mengikuti urutan tertentu: membesarnya ukuran penis dan testikel; tumbuhnya rambut kemaluan yang halus; perubahan suara yang tidak terlalu kentar; ejakulasi pertama (spermache-hal ini biasanya berlangsung melalui masturbasi atau mimpi basah); tumbuhnya rambut kemaluan yang keriting; tumbuhnya rambut wajah; dimulainya pertumbuhan yang maksimum; tumbuhnya rambut di ketiak; perubahan suara yang lebih kentara; dan tumbuhnya rambut di wajah. Tiga tanda kematangan seksual yang paling mencolok pada remaja laki-laki adalah perpanjangan penis, perkembangan testis, dan tumbuhnya rambut di wajah.
Pertumbuhan fisik pada perempuan mengikuti urutan tertentu: membesarnya payudara; tumbuhnya rambut kemaluan; tumbuhnya rambut di ketiak; pinggul lebih lebar dari pada bahu; menstruasi pertama (menarche). Awalnya, siklus menstruasi pertama tidak teratur dan remaja perempuan mungkin tidak mengalami okulasi di setiap siklus. Dalam beberapa kasus, remaja perempuan belum subur sampai dua tahun setelah periode dimulai. Perempuan tidak mengalami perubahan suara seperti yang dialami laki-laki. Dua aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah tumbuhnya bulu kemaluan dan berkembangnya payudara.
Kecepatan pubertas antara individu satu dengan individu lainnya cenderung bervariasi. Pada laki-laki, rangkaian pubertas dapat dimulai di usia 10 tahun atau usia 13 ½ tahun atau 17 tahun. Pada perempuan rentang usia normal untuk menarche dapat lebih luas antara usia 9 hingga 15 tahun.
PRIA
1.      tanpa rambut kemaluan. Testis, skrotum, dan penis kurang lebih berukuran dan berbentuk sama seperti anak-anak.
2.      Rambut kecil, lembut, berwarna terang di pangkal penis. Rambut ini mungkin lurus atau sedikit ikal. Testis dan skrotum telah membesar, dan kulit skrotum berubah. Skrotum, kantung berisi testis, turun sedikit. Penis telah tumbuh sedikit.
3.      Rambutnya lebih gelap dan kasar, dan lebih ikal. Rambut itu telah menyebar meliputi area lebih luas. Penis telah tumbuh terutama panjangnya. Testis dan skrotum telah tumbuh dan turun lebih jauh daripada tahap 2
4.      Rambutnya kini segelap, seikal, dan sekasar pada lelaki dewasa. Namun ares liputannya tidak seluas lelaki dewasa; belum menyebar ke selangkangan. Penis telah tumbuh lebih besar dan panjang. Glans (kepala penis) lebih besar. Skrotum lebih gelap dan besar karena testis telah membesar.
5.      Rambut telah menyebar ke selangkangan dan kini serupa dengan lelaki dewasa. Penis, skrotum, dan testis berukuran seperti lelaki dewasa.
WANITA
1.      Puting menonjol sedikit
2.      Tahap mekarnya buah dada. Puting lebih menonjol daripada tahap 1. Payudara berupa gundukan kecil, areola lebih luas daripada tahap 1.
3.      Areola dan payudara lebih besar daripada tahap 2. Areola tidak menonjol dari payudara.
4.      Areola dan puting membentuk tonjolan di puncak payudara.
5.      Tahap dewasa matang. Payudara telah penuh. Hanya puting yang menonjol. Areola kembali rata dengan permukaan payudara.
SAAT PUBERTAS DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Para remaja yang perkembangannya sangat dini atau sangat lambat, seperti remaja laki-laki yang tidak mengalami pertambahan ketinggian secara pesat di usia 16 tahun atau remaja perempuan yang belum mengalami menstruasi di usia 15 tahun, cenderung menjadi bahan kajian para dokter. Apabila perkembangan pubertas sangat lambat, dokter dapat merekomendasikan penanganan hormonal atau pemasukan hormon.
OTAK
Neuron
Neuron atau sel syaraf adalah sebuah unit dasar dari system syaraf. Sebuah neuron memiliki 3 bagian, yaitu: tubuh sel, dendrit (bagian dari neuron berfungsi untuk menerima stimulus), axon (bertugas membawa informasi keluar dari tubuh sel ke sel lain). Membran myelin atau lapisan dari sel-sel lemak berfungsi melindungi banyak axon. Lapisan tersebut membantu menyekat axon dan mempercepat transmisi dari impuls syaraf.
Ketika masa pubertas dimulai, kadar neurotransmitter –cairan kimia yang membawa informasi melintas celah sinaps diantara satu neuron ke neuron lainnya–mengalami perubahan.
Pengalaman dan Plastisitas
Lingkungan yang Kurang Stimulasi dan Kaya Stimulasi. Sampai dengan pertengahan abad ke 20, para ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan otak hampir sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik. Para peneliti juga menemukan adanya tendensi aktivitas otak yang depresif pada anak-anak yang tumbuh dalm lingkungan yang kurang responsive dan kurang stimulasi.
Dapatkah Sel-Sel Otak Baru Dihasilkan di Masa Remaja
Sampai dengan akhir abad ke 20, para ilmuwan berpendapat bahwa otak tidak lagi menghasilkan sel-sel (neuron) baru setelah masa awal anak. Meskipun demikian, akhir-akhir ini para peneliti menemukan bahwa orang dapat menghasilkan sel-sel otak baru sepanjang kehidupannya. Di samping itu, bukti baru memperlihatkan bahwa olahraga dan pengalaman yang kaya akan stimulasi dapat menghasilkan sel-sel otak baru.
Dapatkah Otak Remaja Pulih dari Cedera
Di masa remaja dan bahkan hingga masa remaja akhir, otak memiliki kemampuan mengagumkan untuk memperbaharui dirinya. Karena otak mempertahankan plastisitasnya di masa remaja, semakin awal cedera otak itu terjadi dan semakin awal didiagnosis cedera otak tersebut maka kemungkinannya untuk pulih juga semakin besar.
Perkembangan Otak dan Pendidikan
Salah satu bentuk kesalahan penerapan neurosains dalam dunia pendidikan adalah gagasan mengenai periode kristis atau sensitif-jendela biologis dari peluang-kapan belajar itu menjadi mudah, efektif, dan siap disimpan. Meskipun demikian, tidak ditemukan bukti adanya neurosains yang mendukung pendapat tersebut. Salah seorang ahli neurosains terkemuka pernah mengatakan bahwa meskipun anak-anak memperoleh informasi dalam jumlah besar selama masa awal kehidupan, sebagian besar proses belajar berlangsung setelah pembentukan sinaps menjadi stabil, yakni pada usia 10 tahun ke atas.
PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK
Perkembangan motorik merupakan perubahan tingkah laku motorik yang terjadi secara terus-menerus sepanjang siklus kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh tuntutan-tuntutan tugas biologis individual dan juga lingkungan.
Perkembangan diartikan sebagai satu perubahan individu pada tingkat fungsional. Sedangkan dalam domain psikomotorik, kognitif dan afektif, tingkat fungsional yang dimaksud adalah produk keturunan, kematangan, pertumbuhan,dan pengalaman sebagai pengaruh dari lingkungan.
Domain psikomotorik terdiri atas kemampuan fisik dan motorik yang didasarkan pada proses biologis (pertumbuhan) dan motorik (fungsional). Perkembangan Psikomotorik merupakan seluruh kemampuan pokok dalam memfungsikan keterampilan motorik. Dalam perkembangan psikomotorik terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pertumbuhan dan perkembangan motorik dan pengembangan persepsi motorik serta kesegaran jasmani.
Pada masa ini merupakan waktu yang tepat untuk mengikuti beragam pertandingan atau kegiatan olahraga. Mereka memiliki perhatian, kemauan, motivasi untuk meningkatkan penampilan yang didapat pada masa kanak-kanak kecil hingga anak-anak. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam masa ini:
1.      Aktifitas yang mengunakan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini mereka diberikan kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan.
Aktifitas dengan perkembangan fisik. Program latihan untuk pengembangan fisik dan motorik:
§  Bentuk aktivitasnya meliputi pengenalan keterampilan olahraga, mereka di kenalkan teknik olahraga dan bentuk olahraga. Seperti bermain dengan menggunakan media bola, misalnya bermain voli, kita sebagai pendidik mengajarkan bagaimana bermain bola dan tekniknya.
§  Berlatih dengan situasi berulang-ulang (drill). Seperti menyepak bola dengan sasaran tertentu secara berulang-ulang. Atau dapat juga melempar bola atau shooting dengan menggunakan sasaran tertentu secara berulang ulang.
2.      Aktifitas dengan perkembangan fisik. Berikut merupakan program latihan untuk pengembangan fisik.
§  Squat jump (Meningkatkan kekuatan kaki)
§  Push up (Meningkatkan kekuatan tangan)
§  Sit up (Meningkatkan kekuatan perut)
§  Back up (Meningkatkan kekuatan punggung)
3.      Latihan relaksasi
§  Peregangan otot-otot
§  Pengendoran otot-otot
4.      Menuju prestasi dengan cara dibina dan masuk klub karena pada masa ini adalah masa keemasan untuk berprestasi.
Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotorik usia remaja ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.

Karakteristik Perkembangan
Karakteristik perkembangan psikomotorik ditandai dengan berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan, penilaian moral menjadi semakin kognitif, dan penilaian moral menjadi kurang egoistik. Misalnya matangnya organ reproduksi. Pada permasalahan ini, remaja membutuhkan pemuasan biologis, kalau tidak terbimbing oleh norma-norma tertentu dapat mendorong remaja melakukan masturbasi, homosexual, atau mencoba hetero-sexual yang mungkin berakibat lebih jauh lagi berkembang penyakit kelamin, disamping merupakan pelanggaran atas norma kesusilaan.
Secara garis besar, karakteristik perkembangan psikomotorik pada remaja yaitu, keterampilan psikomotorik yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Pada masa ini, pria mengalami perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding wanita. Kemampuan psikomotorik pria cenderung terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada wanita terhenti setelah mengalami menstruasi. Oleh karena itu, kemampuan psikomotorik laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Misalnya, tubuh pria lebih cepat perkembangannya, lebih tinggi ukuran badannya di banding wanita, pria lebih kuat dalam angkat-angkat barang yang berat di banding wanita yang lemah, dll. 
Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Implikasi perkembangan psikomotor dan fisik masa anak dalam pendidikan misalnya dalam membimbing remaja dalam tugas perkembangan masa remaja , yaitu Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Memilih dan mempersiapkan karier. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial. Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
Faktor yang mempengaruhi
a.       Pola asuh orang tua
Pola asuh orang  tua adalah sebuah faktor penghambat psikomotorik remaja disaat pola asuh orang tua terlalu otoriter ataupun terlalu memaksa, karena karakteristik seorang remaja sangat sensitif ditambah setiap remaja tidak dapat secara langsung dioptimalkan secara cepat dengan kata lain memaksakan kemampuan dengan waktu yang singkat.
Apabila orang tua memaksakan peningkatan potensi perkembangan psikomotorik remaja kebanyakan malah menyababkan gangguan mental terhadap remaja tersebut biasanya remaja akan cenderung merasa canggung, merasa serba salah tidak percaya pada diri sendiri dan merasa tertekan.
Pola asuh bukan hanya bisa menggangu peningkatan potensi psikomotorik remaja akan tetapi malah akan menurunkan kemampuan psikomotoroknya, pada saat remaja dalam kondisi depresi dan ditambah dengan tuntutan dari orang tua yang tidak dapat dipenuhi oleh remaja, remaja yang sedang dalam keadaan depresi sangat mudah untuk diketahui hal ini dikarenakan keadaan remaja bisa berubah secara drastis, tanda tandanya antara lain, yang biasanya remaja tersebut suka bercanda berubah menjadi pemurung, yang biasanya ceria berubah menjadi gampang marah, yang biasanya aktif berubah menjadi pemalas.
Diharapkan apabila remaja dalam keadan seperti ini orang tua tidak memaksakan lagi latihan dalam upaya meningkatkan potensi psikomotorik karena malah akan membuat si remaja setres.
b.      Gen
Gen dari orang tua juga bisa menjadi penghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan psikomotorik remaja, apabila orang tua mempunyai pembawaan sifat gen yang unggul maka dalam mengembangkan potensu kemempuan psikomotorik remaja pun juga akan lancar. Hal sebaliknya apabila anak membawa pembawaan gen dari orang tua dimana gen tersebut adalah gen yang lemah maka kemampuan meningkatkan potensi psikomotorik remaja itu biasanya juga akan lemah. Atau yang paling parah apabila remaja itu menderita autis maka akan  sulit sekali meningkatkan potensi kemampuan motorik yang ada.
c.       Pengaruh lingkungan
Lingkungan atau situasi kehidupan. Lingkungan tempat seseorang dibesarkan, hubungan dengan anggota keluarga dan orang lain turut berpengaruh terhadap perkembangan psikomotorik pada remaja, diantaranya yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan  lingkungan bergaul.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak- anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Proses sosialisasi awal ini di mulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti apa yang diajarkan orang- orang paling dekat. Dalam keluarga dikenal adanya dua pola sosialisasi yaitu sosialisasi represif yang mengutamakan  adanya ketaatan anak pada orang tua dan pola sosialisasi partisipasi yang mengutamakan adanya pertisipasi remaja tersebut sebagai anak.
(Supriadi, 2002: 40).  Sekolah juga merupakan rumah kedua bagi remaja dan di tempat ini pula remaja memperoleh pendidikan formal dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan berlandaskan tentang apa yang telah diperoleh dari keluarga. Di sekolah juga terdapat bermacam ekstrakurikuler sehingga remaja dapat memilih kegiatan itu sesuai bakat yang di miliki. Pada saat inilah remaja meningkatkan perkembangan psikomotoriknya
Permasalahan yang muncul
Terdapat perubahan psikologis dalam jumlah besar yang menyertai perkembangan pubertas remaja (Sarigiani & Petersen, 2000; Susman & Rogol, 2004).
a.       Citra Tubuh
Salah satu aspek psikologis dari pubertas yang pasti muncul pada laki-laki dan perempuan adalah praokupasi (perhatian) remaja terhada tubuhnya (McCabe & Ricciardelli; , 2003, 2004). Dimasa pubertas, remaja mengembangkan citra individual mengenai seperti apakah tubuhnya itu. Praokupasi terhadap citra tubuh ini cukup kuat dimasa remaja; secara khusus kecenderungan ini menjadi akut dimasa pubertas.
Seiring dengan berlangsungnya perubahan dimasa pubertas, remaja perempuan sering merasa tidak puas dengan tubuhnya sehubungan dengan meningkatnya jumlah lemak; sementara itu remaja laki-laki menjadi lebih puas ketika melewati masa pubertas sehubungan dengan meningkatnya massa otot (Phillips, 2003; Seiffge-Krenke, 1998).
b.      Hormon dan Perilaku
Faktor-faktor hormonal dianggap dapat menjelaskan minimal sebagian dari meingkatnya emosi-emosi negatif dan emosi yang berubah-ubah, yang merupakan karakteristik remaja (Archibald, Graber, & Brooks-Gun, 2003; Dorn, Williams, & Ryan, 2002). Para peneliti telah menemukan bahwa remaja laki-laki memiliki kadar androgen lebih tinggi yang berkaitan dengan masalah agresivitas dan masalah-masalah perilaku lainnya (Van Goozen dkk. , 1998)
c.       Menarche dan Siklus Menstruasi
Menurut keterangan historis mengenai remaja, dimulainya masa pubertas dan menarche dianggap sebagai ‘peristiwa besar’ (Erickson, 1968; Freud, 1917/1958; Hall, 1904). Pada dasarnya, gagasan yang ada menyatakan bahwa perubahan pubertas dan peristiwa-peristiwa seperti menarche dan siklus menarche, mengakibatkan perubahan tubuh yang menuntut seseorang untuk mengubah konsep-dirinya, dimana hak ini dapat mengakibatkan krisis-identitas.
d.      Kematangan Dini dan Lambat
Berdasarkan Berkeley Longitudinal Study yang dilakukan di pertengahan abad ke-20, remaja laki-laki yang lebih cepat matang memandang dirinya akan lebih positif dan lebih berhasil dalam relasi dengan kawan-kawan dibandingkan dengan remaja laki-laki yang yang lambat matang.
Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa kematangan dini (setidaknya selama masa remaja) cenderung menguntungkan remaja laki-laki dibandingkan dengan kematangan lambat (Petersen, 1987).


Perkembangan Emosi


1.      Pengertian Emosi
Menurut Syamsudin (2005:114), emosi adalah suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku.
Menurut Crow & Crow (1958), emotion is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior (emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak).
Menurut  James & Lange, emosi timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu, misalnya menangis karena sedih, tertawa karena gembira.
Sedangkan menurut Lindsley, emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras sehingga menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.

2.      Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik
Pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut:
1)      memperkuat semangat (apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai),
2)      melemahkan semangat (apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa atau frustasi),
3)      menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar (apabila sedang mengalami ketegangan emosi),
4)      menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara,
5)      terganggu penyesuaian sosial (apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati).
Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengarui sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain (Yusuf, 2004 : 115).
Sedangkan perubahan emosi terhadap perubahan fisik (jasmani) menurut Sunarto (2002:150) antara lain:
1)      reaksi elektris pada kulit (meningkat bila terpesona),
2)      peredaran darah (bertambah cepat bila marah),
3)      denyut jantung (bertambah cepat bila terkejut),
4)      pernapasan (bernapas panjang kalau kecewa),
5)      pupil mata (membesar bila marah),
6)      liur (mengering kalau takut atau tegang),
7)      bulu roma (berdiri kalau takut),
8)      pencernaan (mencret-mencret kalau tegang),
9)      otot (ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar/tremor),
10)  komposisi darah (komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif).

3.      Karakteristik Emosi pada Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan perempuan berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu.
Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola prilaku baru dan harapan sosial yang baru. (Hurlock, 2002 :213).

4.      Pola Emosi Remaja
Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Perbedaan yang terlihat terletak pada macam dan derajat rangsangan yang mengakibatkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi remaja.
  1. Cinta/Kasih Sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kekanak-kanakanya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Karena alasan inilah sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka pada waktu pertama kali karena mencukur kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana.
Tidak ada remaja yang dapat hidup bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupun kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari. (Sunarto, 2002:152)
Kebutuhan akan kasih sayang dapat diekspresikan jika seseorang mencari pengakuan dan kasih sayang dari orang lain, baik orang tua, teman dan orang dewasa lainnya. Kasih sayang akan sulit untuk dipuaskan pada suasana yang mobilitasnya tinggi. Kebutuhan akan kasih sayang dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan yang lain. Kasih sayang merupakan keadaan yang dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati, kegagalan dalam mencapai kepuasan kebutuhan kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional (Yusuf , 2005:206)
  1. Gembira dan Bahagia
Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah problema lain yang memantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mandapat sambutan oleh yang dicintai.
Perasaan bahagia ini dihayati secara berbeda-beda oleh setiap individu. Bahagia muncul karena remaja mampu menyesuaikan diri dengan baik pada suatu situasi, sukses dan memperoleh keberhasilan yang lebih baik dari orang lain atau berasal dari terlepasnya energi emosional dari situasi yang menimbulkan kegelisahan dirinya.


  1. Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mencapai dan memiliki kebebasan sebagai soerang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjolkan dalam perkembangan kepribadian.
Dalam upaya memahami remaja, ada empat faktor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.
1)      Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Selama masa remaja, fungsi marah terutama untuk melindungi haknya untuk menjadi independent, dan menjamin hubungan antara dirinya dan pihak lain yang berkuasa.
2)      Pertimbangan penting lainnya ialah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subjek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap di mana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi kemarahan masa lalu. Sikap permusuhan berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa. Sikap permusuhan tampak dalam cara-cara yang bersifat pura-pura; remaja bukannya menampakkan kemarahan langsung tetapi remaja lebih menunjukkan keinginan yang sangat besar.
3)      Perasaan marah sengaja disembunyikan dan seringkali tampak dalam bentuk yang samar-samar. Bahkan seni dari cinta mungkin dipakai sebagai alat kemarahan.
4)      Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan yang sangat penting dan juga paling sulit dipahami. (Sunarto, 2002:154)
  1. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang anak mencapai remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut yang terdahulu telah teratasi, tetapi banyak yang masih tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan yang timbul dari persoalan kehidupan. Tidak ada seorangpun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat hidup tanpa rasa takut. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
Rasa takut yang disebabkan otoriter orang tua akan menyebabkan anak tidak berkembang daya kreatifnya dan menjadi orang yang penakut, apatis, dan penggugup. Selanjutnya sikap apatis yang ditimbulkan oleh otoriter orang tua akan mengakibatkan anak menjadi pendiam, memencilkan diri, tak sanggup bergaul dengan orang lain. (Willis, 2005:57)
  1. Frustasi dan Dukacita
Frustasi merupakan keadaan saat individu mengalami hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhannya, terutama bila hambatan tersebut muncul dari dirinya sendiri. Konsekuensi frustasi dapat menimbulkan perasaan rendah diri.
Dukacita merupakan perasaan galau atau depresi yang tidak terlalu berat, tetapi mengganggu individu. Keadaan ini terjadi bila kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti buat kita. Kalau dialami dalam waktu yang panjang dan berlebihan akan menyebabkan kerusakan fisik dan psikis yang cukup serius hingga depresi. (http://www.kompas.com/kompas-cetak/htm)

5.      Ciri-ciri Emosi
Biehler (1972) (Sunarto, 2002:155) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12–15 tahun dan usia 15–18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun :
a.       Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
b.      Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
c.       Ledakan-ledakan kemarahan mungkin saja terjadi.
d.      Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
e.       Remaja terutama siswa-siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih obyektif.

Ciri-ciri emosional remaja usia 15–18 tahun:
a.       ‘Pemberontakan’ remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa.
b.      Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tua mereka.
c.       Siswa pada usia ini seringkali melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsirkan kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.

6.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran” (Hurlock, 2002:213).

7.      Metode Belajar yang Menunjang Perkembangan Emosi
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :
a.       Belajar dengan coba-coba
b.      Belajar dengan cara meniru
c.       Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
d.      Belajar melalui pengkondisian
e.       Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2002:158)



8.      Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi Remaja
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.
Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak-anak yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.

9.      Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku
Rasa takut dan marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan.
Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap.
Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu. Karena reaksi kita yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.
Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan, dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir. (Willis,2005:22)

10.  Upaya Pengembangan dan Pengelolaan Emosi serta Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Rasa marah, kesal, sedih atau gembira adalah hal yang wajar yang tentunya sering dialami remaja meskipun tidak setiap saat. Pengungkapan emosi itu ada juga aturannya. Supaya bisa mengekspresikan emosi secara tepat, remaja perlu pengendalian emosi. Akan tetapi, pengendalian emosi ini bukan merupakan upaya untuk menekan atau menghilangkan emosi melainkan:
a.       Belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional
b.      Belajar mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional. Untuk dapat menanfsirkan yang obyektif, coba tanya pendapat beberapa orang tentang situasi tersebut.
Bagaimana memberikan respon terhadap situasi tersebut dengan pikiran maupun emosi yang tidak berlebihan atau proporsional, sesuai dengan situasinya, serta dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosial