A.
Pengertian
Perkembangan Bahasa Remaja
Perkembangan
adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds,
2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan
tinggi atau berat tubuh dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak
(Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada
aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia
dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan
(3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Sedangkan
yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seorang
dalam pergaulannya atau
hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena
itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan
berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan
orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan
hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (anak bayi) dimulai dengan
meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata,
dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi
dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Bahasa
juga merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan, dan mimik muka. Bahasa merupakan faktor hakiki yang
membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan pikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya yaitu kemampuan memebentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dan kata
“remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau
to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan
remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescence) secara
eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja
(adolescence).
Menurut Adams
& Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20
tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal
(13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa
remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.
Papalia &
Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan
dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa
remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam
hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan
pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami
namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian
dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya
tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara
lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak
(Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan bahasa
terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang
serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal
yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan
cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum
mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi
‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang
didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan
memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia
enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan
bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat
komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya
seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
B. Karakteristik Perkembangan
Bahasa Remaja
Bahasa
remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari
lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi
lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan
khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan
bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari
pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip
proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya)
terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai
pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok
itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus,
seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal
ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus
pula.
Pengaruh
lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang
lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan
rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang
pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah
lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
Ragam bahasa
remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah dan kreatif. Kata-kata yang
digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek
melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek
seperti ‘permainan diganti dengan mainan, pekerjaan diganti dengan kerjaan.
Kalimat-kalimat
yang digunakan kebanyakan berstruktur kalimat tunggal. Bentuk-bentuk elip juga
banyak digunakan untuk membuat susunan kalimat menjadi lebih pendek sehingga
seringkali dijumpai kalimat-kalimat yang tidak lengkap. Dengan menggunakan
struktur yang pendek, pengungkapan makna menjadi lebih cepat yang sering
membuat pendengar yang bukan penutur asli bahasa Indonesia mengalami kesulitan
untuk memahaminya. Kita bisa mendengar bagaimana bahasa remaja ini dibuat
begitu singkat tetapi sangat komunikatif.
C. Faktor yang Mempengaruhi
Menurut Chomsky
(Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas
berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan
mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak
tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang
mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan
bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan
berbahasa mempunyai korelasi tinggi anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi
perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru.
Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan
berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
Berbahasa
terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Umur anak
Manusia
bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya
pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang
sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut
mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja
otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja
perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan
mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b. Kondisi lingkungan
Lingkungan
tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan
dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa
dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan
pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan
kelompok sosial lainnya.
c. Kecerdasan anak
Untuk meniru
bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan
motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik
lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang
berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial
tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan
tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh
terhadap perkembangan bahasa.
d. Kondisi fisik
Kondisi fisik di
sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna
akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
D. Permasalahan yang Muncul
Semakin zaman
berkembang, pola pikir anak akan semakin pesat dan lebih modern. Remaja akan
lebih bervariasi, mulai dari berpakaian, cara berfikir, sampai
berbicara/berbahasa. Bahasa pada remaja sekarang sudah mulai bervariasi dan
lebih sulit difahami. Hampir tidak ada lagi bahasa baik atau bahasa indonesia baku
yang dipergunakan remaja sehari hari. Remaja sekarang lebih sering menggunakan
bahasa “gaul” untuk berbicara.
Begitu juga dengan bahasa daerah. Sudah
sekitar dua ratus bahasa daerah indonesia yang punah. Hal ini juga dikarenakan
para remaja atau generasi penerus dari sebuah suku yang menggunakan bahasa
daerah tersebut sudah melupakan dan juga bergeser kiblat ke arah bahasa asing
yang disebut bahasa “gaul” tersebut.
Bahasa
kehidupan sehari hari masyarakat indonesia sekarang sudah bergeser menjadi
bahasa bahasa baru yang muncul. Remaja sudah tidak mau lagi berbahasa yang
baik. Menurut mereka bahasa indonesia yang baku tidak layak untuk digunakan.
Mereka akan merasa aneh apabia mendengar bahasa baku, bahkan sampai ada yang
tidak mengerti arti dari bahasa baku tersebut. Apabila hal ini terus akan
berlangsung, bukan tidak mungkin kalau bahasa indonesia yang baku juga akan
punah seiring berkembangnya zaman dan enggannya remaja menggunakan bahasa yang
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar